Keindahan Gunung Lawu
tetap menjadi pesona dan daya tarik tersendiri bagi para pecinta Gunung Lawu.
Hampir setiap waktu Gunung Lawu tidak pernah sepi dari para pendaki. Gunung
yang terletak pada ketinggian 3.265 meter di atas permukaan laut (mdpl) menjadi
salah satu gunung favorit yang wajib dikunjungi. Karena fenomena alam dan
mistisnya mengundang sejuta tanya. Misteri yang tersimpan di Gunung Lawu
mengundang perhatian banyak peneliti dari luar negeri untuk mendatangi gunung
yang terletak di perbatasan Kabupaten Karanganyar, Jawa Tengah, dan Magetan,
Jawa Timur, itu. Apalagi, setelah para peneliti National Aeronautics and Space
Administration (NASA), Amerika Serikat, melihat cahaya beraturan membentuk segi
delapan atau oktagon di lereng Lawu atau di kawasan Candi Sukuh.
Gunung Lawu (3.265 m) terletak di Pulau Jawa, Indonesia,
tepatnya di perbatasan Provinsi Jawa Tengah dan Jawa Timur. Status gunung ini
adalah gunung api “istirahat” dan telah lama tidak aktif, terlihat dari
rapatnya vegetasi serta puncaknya yang tererosi. Di lerengnya terdapat kepundan
kecil yang masih mengeluarkan uap air (fumarol) dan belerang (solfatara).
Gunung Lawu mempunyai kawasan hutan Dipterokarp Bukit, hutan Dipterokarp Atas,
hutan Montane, dan hutan Ericaceous. Gunung Lawu adalah sumber inspirasi dari
nama kereta api Argo Lawu, kereta api eksekutif yang melayani Solo
Balapan-Gambir.
Gunung Lawu memiliki tiga puncak, Puncak
Hargo Dalem, Hargo Dumiling dan Hargo Dumilah. Yang terakhir ini adalah puncak
tertinggi. Di lereng gunung ini terdapat sejumlah tempat yang populer sebagai
tujuan wisata, terutama di daerah Tawangmangu, Cemorosewu, dan Sarangan. Agak
ke bawah, di sisi barat terdapat dua komplek percandian dari masa akhir
Majapahit: Candi Sukuh dan Candi Cetho. Di kaki gunung ini juga terletak komplek
pemakaman kerabat Praja Mangkunagaran: Astana Girilayu dan Astana Mangadeg. Di
dekat komplek ini terletak Astana Giribangun, mausoleum untuk keluarga presiden
kedua Indonesia, Suharto.
Cahaya Oktagon
Masyarakat sekitar lereng
Gunung Lawu sering melihat sekelebat sinar (cahaya) yang membentuk portal
(gerbang) yang berasal dari tiap sudut candi yang berbentuk segi delapan
membentuk seperti gerbang ke atas. Waktu zamannya Soekarno cahaya itu
sering muncul. Zaman Soeharto pun juga sering terlihat. Namun, saat ini sudah
jarang terlihat. Dan masyarakat meyakini itu adalah portal atau gerbang gaib.
Bahkan penelitian dari NASA, Amerika Serikat (AS), melihat bentuk bentuk Candi
Sukuh dari luar bumi itu terlihat sangat beraturan. Membentuk segi
delapan. Dan dari sisi tersebut muncul cahaya di waktu-waktu tertentu membentuk
suatu titik. Bagi yang sering keluar malam ada obyeknya sendiri yakni
wisata spiritual. Diyakini itu sebagai pintu masuk dimensi lain. Namun, tidak
ada yang berani mendekat. Cahaya yang terpantau satelit NASA tersebut bukan
rahasia lagi. Masyarakat sekitar lereng gunung juga sering melihatnya. Cahaya
misterius tersebut muncul di waktu-waktu tertentu. Sesekali ada pula cahaya
yang mengarah langsung ke angkasa. Pernah terdeteksi oleh satelit milik NASA,
yang melihat cahaya terang. Setelah diteliti di berbagai tempat mereka merujuk
pada satu tempat yakni di sekitar wilayah Gunung Lawu. Itu pun yang terlihat di
dalam Google Map hanya titik bangunan candi saja. Sementara gunungnya seperti
tertutup,”
Hal tersebut juga dibuktikan dengan
adanya penemuan batu marmer dan giok di sebelah utara Gunung Lawu. Giok sendiri
digunakan sebagai pelapis untuk pesawat ruang angkasa. Setelit Amerika memang
super canggih. Dia juga punya sket Gunung Lawu. Tapi, di GPS Gunung Lawu selalu
tertutup dan jarang terlihat. Seperti ada tabir yang menutupi atau
menghalanginya.
Setelah tidak terlihat dari satelit lokasi pasti asal cahaya
tersebut, para peneliti semakin penasaran. Mereka pun datang langsung ke Gunung
Lawu untuk mengunjungi Candi Sukuh.Di antara mereka berasal dari Ausltralia,
bahkan peneliti NASA juga datang langsung. Mereka mengaku heran dengan
kemunculan cahaya tersebut dan tidak terdeteksinya Gunung Lawu di GPS.
Setelah itu mereka pulang.
Selang beberapa waktu kemudian, mereka datang lagi membawa peralatan lebih
canggih. Hasilnya tetap sama, posisi Gunung Lawu juga tidak ketemu. Justru yang
terlihat dan terdeteksi hanya keberadaan candi-candi di sekitarnya. Saya yang
mendampingi para peneliti juga merasa heran dengan tidak terdeteksinya Gunung
Lawu ini.
Masyarakat sekitar, meyakini
apa yang dilihat para peneliti NASA adalah gerbang portal misterius yang
berasal dari titik ujung Candi Sukuh. Menurut dia, cahaya itu memang kerap
muncul pada malam hari. Masyarakat dulu sering melihat cahaya tersebut namun
tidak berani mendekat, takut hilang. Karena mendengar cerita zaman dulu ada
satu desa di Lawu yang hilang dan sampai saat ini tidak diketahui
keberadaannya. Hanya ditemukan sisa peralatan rumah tangga bertebaran di
mana-mana,”. Bukan rahasia lagi bila Gunung Lawu menjadi pusat spiritual budaya
di tanah Jawa. Apalagi, konon puncak Lawu dipercaya sebagai tempat mukso atau
menghilangnya dua raja besar di tanah Jawa, yaitu Prabu Airlangga, (Raja Kediri
Lama) dan Prabu Brawijaya V (Raja Majapahit terakhir).
Gunung Purba
Gunung Lawu yang terletak di
perbatasan Kabupaten Karanganyar, Jawa Tengah, dan Magetan, Jawa Timur,
menyimpan sejuta misteri. Bayak yang belum tahu bila sebelum bernama Gunung
Lawu, gunung yang termasuk dalam Seven Summits of Java (Tujuh Puncak Pulau
Jawa) ini dahulu bernama Wukir Mahendra. Tak hanya itu, Gunung tertua di Pulau
Jawa itu termasuk kedalam pegunungan purba. Tak heran bila banyak pihak ingin
sekali naik ke puncak Gunung Lawu.
Gunung lawu itu memang pernah
mengalami erupsi sangat dahsyat dibandingkan gunung berapi lainnya di
Indonesia. Berdasarkan catatan kegunungapian, gunung yang memiliki ketinggian
3.265 meter di atas permukaan laut (mdpl) itu sejak tahun 1600 lalu tak masuk
dalam catatan gunung berapi yang pernah mengalami erupsi. Tidak tahu kalau di
bawah tahun 1600 yang pasti tidak ada catatan erupsi.
Selain dari segi keilmuan,
walaupun Lawu termasuk gunung berapi namun saat ini masuk dalam kategori
‘gunung tidur’. Banyak menarik minat dari para spirutual untuk mengupas sejarah
dari Lawu. Tabir misteri Gunung Lawu ini unik dan sangat berbeda dari gunung
api lainnya di Indonesia. Dari keterangan para pendaki, di atas puncak gunung
lawu banyak sekali ditemukan bebatuan persis bebatuan yang ada di dasar laut.
Puncak Gunung Lawu, banyak
sekali bebatuan karang yang sama dengan bebatuan di dasar laut. Batu
karang di atas puncak Gunung Lawu tersebut menandakan bila beribu-ribu tahun
saat daratan di bumi ini satu dengan lainnya masih menyatu, Gunung Lawu diduga
berada di dasar laut. Tak hanya itu, jenis tanaman langka yang ada di Gunung
Lawu memperkuat analisa bila dahulunya tertutup air laut dan mengalami
evolusi. Menurut cerita, dulunya kemungkinan memang benar Lawu berada di
dasar laut karena ada badai es. Semua daratan tertutup air, sedangkan Lawu
makin lama makin tinggi. Karena perubahan alam itu bisa jadi banyak ditemukan
batu karang
Gunung Lawu menyimpan seribu
misteri. Di antaranya keberadaan kawah Gunung Lawu berada sekitar Selter II
Taman Sari, yaitu Telaga Kuning dan Lembung Silayur. Kawah yang sudah
tidak aktif tapi masih sering mengeluarkan bau belerang.
Menurut cerita sejarah, di
antara gunung-gunung yang ada, Lawu adalah gunung tertua. Itu ada dalam sejarah
cerita Babad Lawu dan Banjaran Lawu. Bukti lain yang menyebutkan bila Gunung
Lawu ini termasuk gunung purba juga ditemukan flora dan fauna langka di gunung
tersebut. Misalnya cemara gunung, edelwis, anggrek lawu yang banyak diincar
kolektor anggrek. Untuk binatang,harimau dan elang jawa.
Di Gunung Lawu masih banyak
ditemukan hewan-hewan berukuran jumbo (besar), dari jenis tanaman Gunung Lawu
memiliki banyak tanaman langka. Saat mengalami erupsi dahsyat ribuan tahun
lalu, bisa terungkap kehidupan zaman purba yang ada di Pulau Jawa. Jejak
manusia purba yang pernah mendiami tanah Jawa juga terekam di sana. Banyak juga
ditemukan fosil purba yang sampai saat ini tersimpan rapi di museum Sangiran di
Sragen, Jawa Tengah.
Aura Mistis
Tak heran bila dari zaman
sebelum era Majapahit sampai saat ini Gunung Lawu tetap disakralkan oleh
masyarakat. Meski mendapat julukan salah satu gunung terangker di Indonesia
menjadi tempat yang paling sering dikunjungi oleh masyarakat dan juga para
tokoh besar Nusantara. Mulai zaman dulu, zaman leluhur Gunung Lawu banyak
dipakai sebagai tempat spiritual. Presiden Soekarno pernah datang ke puncak
Lawu. Bahkan, Pak Soeharto menjadikan Gunung Lawu sebagai tempat lelaku
spiritualnya. Kecintaan Soeharto terhadap Gunung Lawu tidak diragukan lagi.
Bahkan, Presiden ke-2 RI itu pun juga beristirahat selamanya di lereng Lawu.
Pak Harto sering sekali naik ke puncak. Tenaganya luar biasa. Meskipun usianya
sudah tidak muda lagi, namun Pak Harto selalu berhasil sampai puncak. Kecintaan
Pak Harto pada Gunung Lawu tidak diragukan lagi. Sampai akhir hayatnya pun
beliau lebih memilih dimakamkan di kaki Gunung Lawu, di kompleks Astana
Giribangun, Matesih, Karanganyar.
Para pendaki gunung Lawu
mengakui mistisnya Gunung Lawu. Bagi pendaki kemistisan itu sudah menjadi hal
biasa dan tidak mengherankan lagi. Misalnya di puncak ada pasar setan, yakni
pasar makhluk gaib tak terlihat yang mana pada malam tertentu ramai seperti
pasar nyata. Aura gaib yang angker mulai lereng, lembah, Pos peristirahatan
sampai puncak nya sangat terasa. Yang paling penting niat pendaki harus
baik. Itu intinya. Insya Allah tidak akan terjadi sesuatu.
Dibandingkan gunung lainnya,
Gunung Lawu sering terjadi badai kabut atau orang jawa menyebut ampak-ampak
(pedut). Menurut kepercayaan masyarakat setempat kabut tersebut sangat
berbahaya karena bisa membuat orang jadi tersesat jalan jika nekat menembusnya.
Para pendaki selalu mendapat pesan di bawah jika nanti dalam perjalan menemui
ampak-ampak (kabut) jangan meneruskan jalan. Berhenti dan bertiarap di tanah
cara menghindarinya adalah dengan bertiarap sampai kabut menghilang,”.
Jika ada yang pendaki yang
tersesat, tapi memiliki niat baik, pasti penunggu gunung Lawu yang berupa
burung jalak Lawu berwarna kuning akan keluar dan menuntun pendaki untuk
mencari jalan keluar yang benar.
Tak hanya itu saja, keanehan
lainnya juga terasa di Gunung Lawu. Apabila terjadi sesuatu misalnya ada
yang meninggal di gunung tersebut, maka tanda-tanda aneh akan muncul,
berupa kabut tebal di sekitar tempat mayat tersebut berada. Tim SAR pernah
melakukan evakuasi korban meninggal di Gunung Lawu. Awalnya tim SAR belum
mengetahui di mana posisi korban itu berasal. Dan kejadiannya di saat itulah
muncul kabut misterius berkumpul di satu titik. Saat melihat adanya kabut,
langsung mengetahuinya kalau korban ada di daerah yang ditutupi kabut. Dan
memang benar, di lokasi yang tertutup kabut itulah, korban ada di situ. Selain
itu ada larangan agar tidak mengenakan baju, celana, atau jaket berwarna hijau
daun dan masih banyak pantangan yang lainnya.
Keanehan lainnya itu bagi orang yang pertama kali mendaki puncak
Lawu pasti bingung, di mana puncak Lawu yang sesungguhnya. Puncak Lawu juga
penuh mistik, karena letak puncak Lawu justru berada di tengah dan seolah
ditutupi,”. Bahkan jika kita membuka Google Map di Lawu sebelah barat tertutup cahaya
warna kebiruan.
Bangunan Candi Purba
Tak hanya Gunung Lawu yang
penuh dengan misteri, bangunan yang ada di lereng Gunung Lawu inipun juga
diselimuti misteri. Seperti Keberadaan dua candi purba yang masih menjadi
satu rangkaian dari misteri Gunung Lawu masih mendapat banyak respons dari para
peniliti lokal maupun asing.
Kehadiran para peneliti ini
banyak menimbulkan spekulasi tentang kedua candi ini. Baik dari bentuk candi,
batu yang digunakan maupun relief candi. Menurut sejarahnya, Lawu
merupakan gunung purba, dan keberadaannya dibuktikan dengan ditemukannya banyak
candi dan batu besar di Kaki Lawu.
Berdasarkan hasil dari
penelitian pihak asing menyebutkan jika keberadaan Candi Cetho dan Sukuh
tersebut bukan dibuat pada zaman Brawijaya. Bahkan jauh sebelum era
Brawijaya candi ini sudah ada. Saat Prabu Brawijaya menemukan candi ini, Raja
Majapahit terakhir itu menambahkan bebarapa bentuk bangunan atau pahatan pada
candi.
Keanehan lain adalah hasil
pahatan yang terdapat pada relief Candi Cetho dan Sukuh sangat simple dan
sederhana. Berbeda dengan pahatan jaman Majapahit yang lebih detil juga dan
rapi. Bukti lain yang menunjukkan usia candi di bawah lereng Gunung Lawu ini
tertua dibandingkan candi-candi lain di dunia, saat utusan peneliti dari Suku
Maya dari Amerika Latin datang ke Candi Sukuh pada tahun 1982 silam. Ketika itu
peneliti dari suku maya ini datang ke candi Sukuh dengan di dampingi oleh
pecinta alam asal Australia. Yang sangat tertarik dan ingin meneliti lebih
lanjut adanya candi di Inonesia yang memiliki bentuk sama dengan candi pada
peradaban Inca.
Mereka sengaja melakukan
penelitian untuk mengetahui jarak pembuatan candi di Indonesia dengan candi
yang ada di suku maya. Mereka mengambil sempel lumut dan batu untuk
diteliti pada tahun 1982. Hasilnya sangat mengagetkan peneliti Suku Maya ini.
Setelah diteliti, ternyata Candi Sukuh usianya jauh lebih tua dibandingkan
dengan candi milik Suku Maya.
Karena itulah banyak peneliti
yang mengamini jika candi yang ada di Lawu bukan peninggalan Brawijaya, justru
keberadaanya jauh sebelum Brawijaya ada. Tak hanya itu, berbeda dengan candi
lainnya, hanya candi di bawah lereng Gunung Lawu inilah yang menghadap ke arah
kiblat atau ke arah barat. Sedangkan kebanyakan candi lain di Indonesia selalu
menghadap ke timur. Lokasi candi yang terletak di ketinggian kaki Gunung Lawu
seringkali diselimuti kabut tebal yang turun dengan tiba-tiba, memiliki kesan
mistis yang membuat penasaran bagi yang melihatnya.
Yang sangat menarik dari
penelitian pada kedua candi adalah pahatan yang ada di candi ini bila diamati
dan diteliti sudah membentuk pahatan tiga dimensi. Ini menunjukkan bahwa
peradaban zaman dahulu sudah lebih dulu mengenal bentuk tiga dimensi.
Misteri Desa Hilang
Menurut cerita, dahulu di
Gunung Lawu ada suatu desa yang hilang. Bahkan sampai sekarang tidak pernah
diketahui keberadaannya. Yang tersisa dan diketahui hanya dari barang
peninggalannya saja seperti lumpang, peralatan dapur yang terbuat dari gerabah
yang di gunakan pada abad pertengahan masih banyak yang berceceran. Tepatnya di
pertengahan puncak Lawu. Justru penemuan peralatan dapur yang di atas seperti
lumpang dan alat makan banyak terbuat dari batu, dan kemungkinan berasal
dari zaman batu.
Pendakian
Gunung Lawu sangat populer untuk
kegiatan pendakian. Setiap malam 1 Sura banyak orang berziarah dengan mendaki hingga
ke puncak. Karena populernya, di puncak gunung bahkan dapat dijumpai pedagang
makanan. Pendakian standar dapat dimulai dari dua tempat (basecamp):
Cemorokandang di Tawangmangu, Jawa Tengah, serta Cemorosewu, di Sarangan, Jawa
Timur. Gerbang masuk keduanya terpisah hanya 200 m.
Pendakian dari Cemorosewu melalui dua sumber mata air: Sendang
(kolam) Panguripan terletak antara Cemorosewu dan Pos 1 dan Sendang Drajat di
antara Pos 4 dan Pos 5. Pendakian melalui cemorosewu akan melewati 5 pos. Jalur
melalui Cemorosewu lebih nge-track. Akan tetapi jika kita lewat jalur ini kita
akan sampai puncak lebih cepat daripada lewat jalur Cemorokandang. Pendakian
melalui Cemorosewu jalannya cukup tertata dengan baik. Jalannya terbuat dari
batu-batuan yang sudah ditata. Jalur dari pos 3 menuju pos 4 berupa tangga yang
terbuat dari batu alam. Pos ke4 baru direnovasi,jadi untuk saat ini di pos4
tidak ada bangunan untuk berteduh. Biasanya kita tidak sadar telah sampai di
pos 4. Di dekat pos 4 ini kita bisa melihat telaga Sarangan dari kejahuan.
Jalur dari pos 4 ke pos 5 sangat nyaman, tidak nge-track seperti jalur yang
menuju pos 4. Di pos2 terdapat watu gedhe yang kami namai watu iris
(karena seperti di iris). Di dekat pintu masuk Cemorosewu terdapat suatu
bangunan seperti masjid yang ternyata adalah makam.Untuk mendaki melalui Cemorosewu(bagi
pemula) janganlah mendaki di siang hari karena medannya berat untuk pemula. Di
atas puncak Hargo Dumilah terdapat satu tugu. Pendakian melalui Cemorokandang
akan melewati 5 selter dengan jalur yang relatif telah tertata dengan baik.
Sumber: wikipedia dan
berbagai sumber lainnya. Sumber foto koleksi pribadi, google earth, dan google searching
0 Response to "Misteri GUNUNG LAWU"
Posting Komentar