”PERSEMBAHAN TAMBORA UNTUK RIMPU”


Memasuki bulan April 2016 aktivitas yang berkaitan dengan Tambora mulai bergeliat dan muncul ke permukaan, memang di bulan April 2016 kemarin ada agenda besar bagi masyarakat Bima – Dompu, bahkan tidak hanya daerah tersebut saja yang akan menyambut dan ikut serta dalam acara tersebut, Pemprov Nusa Tenggara Barat dan Kementerian Pariwisata serta instansi lain seperti Balai Taman Nasiona Tambora, BKSDA NTB, Pemda setempat dan Harian Kompas pun juga ikut serta dalam event tersebut.

“Festival Pesona Tambora 2016” menjadi agenda terbesar pada bulan April 2016 di daerah Bima – Dompu, acara yang memperingati 201 tahun meletusnya Gunung Tambora itu akan menyajikan potensi dan  pesona yang ada di daerah tersebut, termasuk pesona kebudayaan masyarakat di sekitar Gunung Tambora yaitu Bima - Dompu.



RIMPU, yang merupakan gaya berpakaian khas daerah Bima-Dompu pun diikut sertakan dalam acara “Festival Pesona Tambora 2016”. Sealama ini mungkin hanya orang Bima-Dompu sjaa mengenal apa itu RIMPU. RIMPU  adalah satu kata dari bahasa Mbojo (Bahasa daerah Bima-Dompu) yang artinya model pakaian wanita muslim yang ada di Bima-Dompu yang digunakan untuk menutup auratnya sebagaimana ajaran islam mengenai wanita yang sudah dewasa untuk menutupi auratnya di depan orang yang bukan muhrimnya selain itu RIMPU digunakan sebagai pelindung dari sengatan sinar matahari. Gaya berpakaian RIMPU ini menggunakan dua lembar sarung tenun khas Bima-Dompu yang sering disebut Tembe Nggoli. RIMPU  sendiri dibedakan menjadi 2 macam yaitu Rimpu Mpida dan Rimpu Colo.

RIMPU Mpida ialah jenis Rimpu yang diperuntukan untuk wanita yang masih gadis atau belum menikah, cara memakai Rimpu jenis ini dengan menutup wajah dan hanya memperlihatkan bagian mataya. RIMPU Colo  ialah jenis Rimpu yang diperuntukan untuk wanita yamg sudah menikah, cara memakainya ialah dengan tidak menutupi bagian wajah. RIMPU ini di masyarakat Bima-Dompu dianggap sebagai salah satu gaya berpakaian yang sangat menjunjung tinggi nilai agama islam, serta untuk menjaga kehormatan wanita saat di luar atau sedang beraktifitas di luar rumah.




Di era modernisasi ini budaya berpakaian RIMPU  perlahan-lahan mulai menghilang di telan oleh perkembangan zaman yang begitunya cepatnya. Semua bermigrasi ke busana atau pakaian modern, RIMPU sendiri seakan hilang oleh hadirnya busana jilbab. Memang hal itu tidak salah namun sangat disayangkan saja budaya yang diwariskan leluhur seakan mulai punah oleh kecenderungan generasi penerus lebih condong ke budaya baru.

 Hadirnya “Festival Pesona Tambora 2016” yang digelar 11-16 April 2016 kemarin juga ikut diramaikan dengan Festival Rimpu yang di ikuti oleh sekitar 1.000 peserta. Memang dilihat dari segi peserta mengalami penurunan dari event tahun lalu di pagelaran “2 Abad Tambora Menyapa Dunia”  yang berjumlah 10.000 peserta, namun bukan mengenai jumlah peserta yang diihat akan tetapi dari segi pelestarian budayanya. “Festival Pesona Tambora 2016” yang gelar tidak hanya untuk mempromosikan pesona dan eksotisme alam Gunung Tambora akan tetapi juga mempromosikan dan melestarikan kearifan budaya masyarakat sekitar kawasan Gunung Tambora agar budaya yang ada ikut muncul ke permukaan dan dikenal olah masyarakat luas di Indonesia bahkan dunia, seperti budaya RIMPU.






Sedikit asa untuk melesatarikan budaya dan kearifan lokal sudah dilakukan oleh Tambora di event “Festival Pesona Tambora 2016”, semoga hal tersebut dapat dilakukan di pagelaran event-event Tambora ditahun berikutnya, tidak lain agar event tersebut dapat membantu menjaga dan melestraikan budaya yang ada di sekitar kawasan Gunung Tambora, maka itulah Persembahan Tambora Untuk RIMPU.

Subscribe to receive free email updates:

0 Response to "”PERSEMBAHAN TAMBORA UNTUK RIMPU”"