Kali ini saya akan membagikan tulisan karya senior saya. Beliau bekerja menjadi PEH (Pengendali Ekosistem Hutan) di BKSDA NTB tepatnya di SKW III Bima. Bapak Faizin, S.Hut itulah nama beliau, untuk selengkapanya mengenai profil beliau bisa di check disini .
Langsung saja ke inti sari pembahasan ...
Memburu Elang flores (Nisaeetus floris) dengan Frame
Faizin, S.Hut. PEH
BKSDA NTB
Bukan terik siang Dana Mbojo yang
pengin kutulis kali ini. Maklum, pulau yang bermuka dua ini, akan terlihat kusam
di musim kemarau dan segar di musim hujan. Durasi musim kemarau lebih lama
menampilkan tanah berwarna terang kehilangan air dan pohon meranggas galau
merana. Di musim hujan, tanah bersolek dengan hijaunya tumbuhan, bahkan semak
perdu pun bermunculan bagai jerawat ABG.
Ustadz menganjurkan nikmati dan
syukuri kehidupan yang ada, dan kucari sesuatu yang indah. Maka tidak heran jika
berkelana mataku jelalatan ke atas. Bukan warna yang membuatku kagum, bukan
suara yang membuatku terpana, tapi tampilannya yang gagah membuatku penasaran.
Dialah predator penguasa langit.
Seperti di Madapangga silam, dia berdiri
tegak di dahan setinggi 40 meter, mengawasi sungai di bawahnya. Saya dan teman
teman berusaha mendekat sambil mengendap-endap di bawahnya, suatu hal yang
konyol secara teori karena elang tidak takut dengan manusia. Kami menerka-nerka,
apakah si elang mengintai mangsa atau antri buang hajat. Kemudian dalam satu
hentakan dia berlalu. So elegant…
Dialah Elang flores (Nisaeetus floris). Berukuran 70-80 cm. Konon,
rentang elang sayap bisa 2-3 kali panjang tubuhnya, jadi bisa dibayangkan
sosoknya saat terbang. Warna kepala, punggung dan sayap abu-abu gelap. Warna
bulu leher dada, perut dan pangkal paha bagian bawah berwarna putih. Kulit kaki
kuning. Berdiri tegak seperti elang jawa. Predator ini seperti sering terlihat
memiliki jambul di kepala, padahal bukan.
Elang flores sangat susah ditemui
kecuali di hutan alam yang jauh dari gangguan manusia. Catatan persebarannnya
di Nusa Tenggara: Lombok, Sumbawa, Pulau Padar, Rinca dan Flores. Habitatnya di
hutan dataran rendah sampai ketinggian 1000 mdpl. Kadang terlihat menyambangi
lahan terbuka sambil mengangkasa memanfaatkan udara panas.
Populasi
elang predator endemik Nusa Tenggara ini masih misterius. Ada yang mengatakan
100 ekor. Maka tidak heran jika. IUCN memasukanya dalam klasifikasi Critically Endangered
(kritis) dalam redlistnya.
Dari beberapa spesies prioritas Balai
KSDA NTB, Elang flores termasuk diantaranya. Data kehadiran Elang flores di
kawasan konservasi dikumpulkan sebagai catatan berharga. Berikut daftar
penampakan Elang flores di kawasan konservasi di SKW III:
No.
|
Lokasi
|
Tanggal
|
Jumlah
|
Pencatat
|
1.
|
TWA Madapangga
|
Mei 2013
|
1 ekor
|
Faizin, Eny
|
2.
|
Cagar Alam Tambora
|
September 2015
|
1 ekor
|
Maximus Kelly
|
3.
|
TWA P. Satonda
|
April 2015
|
1 ekor
|
Olan
|
4.
|
CA P. Sangiang
|
Oktober 2015
|
1 ekor
|
Faizin, Maulana
|
Nah, setelah sedikit membaca tentang elang flores. Siapkah kalian melindungi populasi mereka??
Save Elang Flores.....Salam Lestari.....
0 Response to "Memburu Elang flores (Nisaeetus floris) dengan Frame"
Posting Komentar