Akhirnya Aku Menyetubuhimu, Tambora.

Aneh memang rasanya kalau kerja disuatu gedung belum pernah mengelilingi seluruh bagian gedung tersebut, sama halnya dengan saya ini. Saya kerja di Taman Nasional Gunung Tambora, sudah 4 bulan lamanya mencari rejeki disini, tapi belum pernah sekalipun saya mendaki Gunung Tambora yang menjadi tempat saya mencari rejeki ini. Kesempatan itu akhirnya datang juga, hal yang saya nanti-nantikan untuk mendaki ke Puncak Tambora. 

Bermula saat saya kerja berjaga di Pos Kerja Doropeti, waktu itu saya dapat kabar kalau akan ada pendakian bersama pada tanggal 18-19 Desember 2015 lewat jalur Doroncanga. Sehari sebelum hari yang ditetapkan untuk pendakian, saya bertolak ke kantor Dompu untuk menyiapkan semua peralatan untuk pendakian esok harinya. Hari yang saya nantikan akhirnya datang juga, Jumat 18 Desember. Semua anggota (Tim KSDA NTB dan TIM TNGT) yang akan mengikuti kegiatan pendakian sudah berkumpul semua di Kantor Dompu, rencananya kami akan start setelah sholat Jum'at. Jam 13.20 WITA setelah sholat Jum'at selesai kami akhirnya berangkat ke pintu/gerbang masuk pendakian lewat jalur Doroncanga.




Sekitar pukul 15.30 WITA kami sudah sampai di pintu gerbang pendakian Doroncanga, tak menunggu lama kami langsung mulai mendaki. Sedikit catatan kalau jalur Doroncanga ini bisa ditempuh menggunakan kendaraan mobil atau motor sampai pos 3, selanjutnya tracking sampai puncak. Saat memasuki kawasan mata ini seakan dimanjakan oleh pemandangan hamparan rumput hijau yang sangat luas dan banyak hewan liar seperti sapi, kuda dan kerbau sedang sibuk mencari makan. Tak heran memang kalau tempat ini dijuluki Afrikanya Indonesia (lihat artikel saya sebelumnya disini). Saat musim hujan seperti ini memang pemandangan disekitar jalur pendakian sangatlah memanjakan mata dengan hamparan rumput yang hijau, biasanya kalau musim panas daerah sekitar jalur pendakian cenderung kering.




Walaupun pendakian ini menggunakan mobil atau motor, pendakian lewat jalur Doroncanga ini tak semudah yang dibayangakan, apalagi saat musim hujan seperti ini, banyak jalur yang berlubang atau retak karena gerusan air. Pengemudi harus handal dan jeli mengamati medan yang sangat susah dan menantang ini. Beberapa kali mobil yang kami tumpangi terjebak dan terpelosok di lubang, dan kami harus bergotong royong menutup lubang tersebut agar mobil bisa jalan lagi. Sedikit tips saat kalian hendak mendaki tambora lewat jalur ini, bawalah alat untuk menggali tanah seperti cangkul dan sekop. 





Bagi kalian yang hobby Offroad dan mendaki gunung, jalur Doroncanga ini merupakan kombinasi yang sangatlah cocok.

Sekitar pukul 17.00 WITA kami sampai di pos 2, setelah pos 2 inilah jalan semakin parah dan menantang, banyak tanjakan yang terjal dan semakin banyak lubang di jalur pendakian. Semakin menantang lagi setelah melewati pos 2 hujan mulai turun dan suasana sudah mulai gelap serta kabut mulai turun, menambah suasana yang memacu adrenalin bagi yang suka tantangan saat mendaki menggunakan kendaraan. Sekedar berbagai tips lagi, jangan lupa membawa jas hujan saat mendaki apalagi saat musim hujan seperti ini, keep safety aja bro....




Dengan kondisi jalan yang semakin parah rusaknya, intensitas kami memperbaiki jalan pun semakin meningkat, capek memang namun kami bekerja dengan gotong royong dan semangat yang menggebu-gebu, karena ini merupakan pengalaman kami (TIM TNGT) yang pertama mendaki Tambora.




Setelah menempuh perjalanan yang begitu melelahkan, kami akhirnya sampai di tempat dimana kita membangun camp sekitar pukul 20.00 WITA. Pada awalnya kami merencanakan membangun camp di pos 3, namun hal itu tidak terwujud karena jalur yang rusak parah sehingga mobil yang kami tumpangi tidak kuat sampai pos 3. Kami membangun camp sekitar 1 km sebelum pos 3. Tenda sudah kami dirikan dan kami beristirahat dan makan malam disertai canda tawa bersama. Sebelum kami memustuskan tidur, tak lupa kami melakukan briefing yang dipimpin oleh bapak Bambang Dwidarto, SH (Kepala KSDA SKW III Bima) untuk persiapan pendakian dengan cara tracking besok pagi, dan diputuskan Pukul 03.00 WITA kami harus mulai pendakian. 



Pukul 03.00 WITA kami sudah bersiap dan berkumpulan bersama untuk berdoa sebelum memulai pendakian. Pendakian pun di mulai, suasana yang masih gelap dan dingin tak menyurutkan nyali dan keinginan kami untuk menaklukkan diri kita sendiri agar sampai sampai Puncak Tambora ini. Beberapa saat kami berjalan, kami sudah sampai di pos 3, kami memustuskan untuk beristirahat sebentar melepas lelah. Hal yang tidak kami harapkan malah jadi kenyataan, saat di pos 3 hujan gerimis pun turun. Kami berunding untuk memutuskan pendakian ini di stop atau di lanjutkan, setelah perundingan yang begitu sengit dengan berbagai resiko yang ada, kami pun memustuskan untuk melanjutkan pendakian sampai kepuncak, tentunya tidak menghalangi bagi siapa yang tidak ikut serta sampai puncak. 

Sekitar 30 menit kita beristirahat di pos 3, selanjutnya kita bersiap untuk mendaki lagi. Mulai pos 3 ini bisa dikatakan benar-benar mendaki, karena kondisi jalur yang lumayan ekstrim dan terjal, ditambah lagi suasana yang masih begitu gelap dan gerimis. 



2 jam kami berjalan mendaki, akhirnya kami sampailah di Puncak Tambora via jalur Doroncanga sekitar pukul 06.00 WITA, sedikit informasi Gunung Tambora ini disetiap jalur pendakiannya memiliki puncak sendiri-sendiri, puncak tertinggi di Jalur pendakian Pancasila dengan ketinggian 2.851 MDPL, sedangkan puncak di jalur Doroncnga ini sekitar 2.400 an MDPL. Rasa takjub dan kagum adalah kesan saya pertama saat sampai di Puncak. Pemandangan Kaldera yang begitu indah itu menghipnotis mata saya, seakan tidak mau berkedip untuk terus menikmatinya. Kaldera dengan diameter sekitar 6-7 Km dan kedalaman 1,5 Km memang menjadi salah satu karya Tuhan yang begitu mengagumkan.








Sekitar 1 jam saja kami menikmati kaldera yang sangat mengagumkan ini, karena semakin siang baru belerang semakin menyengat. Tak rela rasanya cepat-cepat meninggalkan tempat ini, namun demi keamanan kami harus segera turun. Akhirnya kami bergegas turun ke basecamp. Sedikit tips lagi berhati hatilah saat menuruni tanjakan disini, karena jalur sangat curam dan licin. Saat perjalanan turun ke basecamp hujan lebat turun mengguyur kami, menambah adreanalin kami saat turun ke basecamp karena kondisi jalur semakin licin oleh air hujan. 


Akhirnya kami semua sampai di basecamp. Setelah istirahat sebentar kami bergegas packing semua peralatan dan kami akhirnya turun. Saat turun tak semudah yang dibayangkan, hujan masih turun lumayan lebat, beberapa kali juga kendaraan yang kami bawa terjebak dilubang lagi.

Akhirnya sekitar pukul 12.00 WITA kami sampai di pintu gerbang jalur pendakian Doroncanga dengan selamat. 

Itulah pengalama kali pertama saya mendaki Gunung Tambora, perasaan senang, bangga dan kagum berkutat di hati saya. Kapan aku dapat Menyetubuhimu Kembali, Tambora........?



Salam Lestari......


Subscribe to receive free email updates:

0 Response to "Akhirnya Aku Menyetubuhimu, Tambora."