Mendulang Emas Tambora

Pagi itu keriuhan mulai terdengar disuatu desa pesisir pantai dan kaki gunung. Mata masih berat untuk menyambut pagi yang begitu cepat untuk datang kali ini. 

Kawinda Toi. begitu semua orang yang tau menyebutkanya. Desa yang sudah beberapa kali saya sebutkan dalam berbagai judul di artikel saya ini memang menjadi daya tarik sendiri buat saya. Desa nan kaya, namum belum cukup orang yang tau. Keterasingan, gelap, jauh dan sebagainya mungkin menjadi kesan bagi orang-orang yang baru pertama kali kesini. Kesan saya pun juga begitu saat 2 tahun yang lalu, saat saya pertama kali menginjakkan kaki di tanahnya. Namun itu dulu, sekarang perlahan Kawinda Toi sudah mulai memoles diri untuk menyambut orang-orang yang datang. Ketersedian jaringan seluler sudah ada disini dan jalan yang lumayan bagus untuk menujunya.

Akhirnya kaki ini mulai melangkah dari kenyamanan pagi itu. Menuruni tangga dari rumah panggung yang menjadi rumah khas di daerah Kabupaten Bima. 

"Ayo Erwin,nono kahawa!" sebuah seruan dari Pak anton, pria dengan wajah yang mulai keriput itu memanggil saya untuk diajak meminum kopi pagi  itu. seruputan kopi yang begitu syahdu menemani canda gurau kami yang asik sedang mengobrol di bawah rumah panggung tersebut.

Antoni. Pak Anton, kalo saya sering memanggilnya pria yang mulai berumur tersebut ialah teman kerja saya di Balai Taman Nasional Tambora. Namun karena dia penduduk lokal makanya dia bertugas di Resort (Pos Jaga) Kawinda Toi. Sebuah resort yang paling beda sendiri dengan resort lainnya di Taman Nasional Tambora, karena resort ini berbentuk rumah panggung. 

Dari 4 jalur pendakian resmi di Tambora, Salah satunya ada di desa ini. Jalur Kawinda toi, begitu nama jalur pendakian Gunung Tambora ini. Jalur ini terletak di Desa Kawinda Toi, Kec.Tambora, Kab. Bima, Prov. NTB. 

"Ayo kita sarapan", seruan pak anton yang menghentikan sementara canda kita yang ditemani kopi hitam Tambora itu.  Sebuah sambutan yang selalu hangat dari pak Anton setiap saya berkunjung kesana. Habis sarapan ini memang sudah ada rencana kita sebelumnya untuk memasuki hutan kawasan Taman Nasional Tambora. Saya saat segan kepada bapak ini, beliau sangat hafal betul keadaan hutan di Tambora, khususnya di jalur pendakian Kawinda Toi ini. Sudah puluhan tahun memang beliau mengenal hutan disini. 

Semua sudah siap. kita berangkat pagi itu. Sebuah udara yang begitu segar menyambut kami saat mulai memasuki Hutan Kawasan Taman Nasional Tambora ini. Jalan mengikuti jalur pendakian yang sudah lumayan tertata rapi, namum masih sangat perlu penanda jalur agar pendaki yang menuju puncak atau turun dari puncak tidak tersesat. Kali ini kita tidak ada tujuan untuk mendaki sampai puncak. Kami menargetnkan cuma mencapai pos-2 saja. Memang kita tidak bertujuan untuk mendaki sampai puncak, namum mencari cairan emas Tambora. Cairan emas yang sudah menjadi andalan bagi penduduk Kawinda Toi sejak dulu ini memang banyak diburu. 

Semakin basah pakaian ini karena keringat yang sudah banyak menetes. "ayo belok sini keluar jalur, siapa tau ketemu" seru pak anton. Kita yang masih belum begitu akrab dengan kawasan di daerah sini mengikuti saja dari belakang. Beberpa punggungam bukit kecil kita lewati dan akirnya pak Anton berseru lagi, "Nah tuh, memang felling saya pas" sambil menunjuk ke arah pohon yang lumayan tinggi. Terlihat dari bawah sebuah sarang lebah hutan yang begitu besar. Di dalam sarang itu ada cairan yang begitu menjadi primadona bagi masyarakat Kawinda Toi. Madu, ya itu lah cairan emas Tambora sesungguhnya.


Semua alat disiapkan untuk mendulang emas Tambora tersebut. Pak anton lekas mencari cabang-cabang pohon yang masih agak kecil dan diikat menjadi satu dengan bagian bawah di tambah dengan kayu-kayi yang kering. Dia membuat alat asap yang digunakan untuk mengusir lebah dari sarangnya. Setelah semua siap, salah satu teman pak anton yang sekarang bertugas naik untuk mengambil sarang lebah tersebut.


Suara berisik dari sekian ribu lebah yang lari dari sarangnya mulai terdengar. Dalam hati, "oh begini cara mengusir lebah tanpa kita di sengat satupun". Saat sarang madu berhasil di turunkan giliran peran pak anton lagi disini untuk memerasnya agar madu nya terpisah dari sarang lebahnya. Dengan lihai Pak anton mulai memainkan tangannya.


Kali ini memang tidak sia-sia tujuan kita untuk mendulang emas tambora. 

Tak terasa sudah berjam-jam kita tadi bergelut dengan lebatnya hutan disini. Setelah kira cukup beristirahat kita putuskan untik turun dan kembali ke Resort/Pos Jaga Kawinda Toi.







Subscribe to receive free email updates:

0 Response to "Mendulang Emas Tambora"