Hutanku dan Asapnya Dari Kamu

Nama bagus hutan Indonesia sebagai paru-paru dunia seakan sudah sirna, bagaimana tidak hutan kita yang semestinya menjadi paru-paru dunia malah berubah menjadi sumber penyakit yang membahayakan paru-paru. Indonesia yang seharusnya memperkaya hutan dengan menabur benih-benih pohon, malah sekarang rajin menabur bara api di hutannya. Pembukaan lahan yang besar-besaran menjadi pemicu asap tebal ini, mereka yang melakukan hanya memikirkan kantong pribadi dari pada kepentingan rakyat bumi pertiwi ini. Siapa yang peduli jika uang menjadi Tuhan yang seakan menghipnotis para pelaku pembakaran hutan untuk semakin gencar menyiramkan bara api ke hutan ini. Kita bukan lagi penjaga hutan, tapi pemangsa yang tidak ada puasnya membabat habis hutan ini dengan api, akibatnya laju kerusakan hutan di Indonesia menjadi paling tinggi. Haruskan ini terulang dan terulang lagi? Sadarkan diri dan hati untuk menanggulangi bencana ini, agar hutan kita tetap hidup lestari tanpa polusi asap yang menggerogoti.

Hutan yang terbakar ini tidaklah mungkin jika tidak ada penyebabnya, kemungkinan pertama ialah terjadi secara alami karena panasnya sinar matahari, kemungkinan yang kedua adalah terjadi karena disengaja oleh oknum-oknum yang berniat untuk membuka lahan baru. Sangat kecil kemungkinan kebakaran hutan ini secara alami, mungkin kebakaran yang terjadi di sebagian wilayah negara kita ini disebabkan oleh ulah manusia yang sengaja membakarnya. Pelaku pembakaran ini umumnya dilakukan oleh masyarakat atas perintah orang yang merencanakan pembakaran tersebut. Pasti kalian masih bertanya-tanya siapa orang yang merencanakan ini semua, termasuk saya. Namun yang pasti ini semua direncanakan oleh orang yang ingin mempertebal kantongnya pribadi tanpa memikirkan dampaknya secara luas.

Menurut Zenzi Zuhaldi (Manager Kampanye Hutan Dan Perkebunan WALHI) di wilayah Riau, Jambi, dan Sumatera Selatan ada 1 grup perusahaan perkebunan besar yang menguasai lahan sebesar 1,9 juta Ha. Di tahun 2015 ini menurut data hotspot/titik api yang ada di 3 wilayah tersebut 52 % berasal dari lahan grup itu. Zenzi juga mengatakan ada 2 modus yang dilakukan para pelaku pembakaran ini agar kawasan hutan yang sudah menjadi kritis di alih fungsikan menjadi lahan produksi, modus tersebut ialah:
Legal dulu baru dibakar
Jadi mereka melakukan semua cara agar kawasan hutan itu menjadi lahan produksi, setelah berhasil mereka baru membakarnya agar cepat dalam pengolahan lahan.
 Bakar dulu biar legal
Jadi mereka melakukan pembakaran hutan secara sembunyi-sembunyi agar hutan yang dulunya lestari berubah menjadi lahan kritis, biasanya lahan yang sudah kritis akan mudah dilepaskan menjadi kawasan produksi.

Berkaitan tentang siapa yang berhak dalam pelepasan kawasan fungsi hutan ini, banyak pihak yang terkait, seperti pemerintah daerah dan kementrian yang terkait. Di Kementrian Lingkungan Hidup dan Kehutanan ada 2 skema dalam pelepasan kawasan hutan ini, yang pertama ialah Pelepasan langsung atas usulan perusahaan, yang kedua adalah pelepasan langsung atas usulan kepala daerah. Sangat dimungkinkan sekali pihak dari kementrian ataupun dari daerah ikut terlibat dalam kasus asap ini. Terlalu rumit dan tidak sanggup jika saya mengulas tentang keterkaitan itu…hehehe

WALHI juga memprediksi 3-4 tahun kedepan titik hotspot akan banyak di temukan di daerah papua, hal itu didukung dari semakin banyaknya perusahaan yang bergerak dibidang perkebunan ramai-ramai datang ke Papua untuk membuka lahan.

Lebih baik mencegah kan dari pada memperbaiki…


Salam lestari..lestari hutan kita..

Subscribe to receive free email updates:

0 Response to "Hutanku dan Asapnya Dari Kamu"