Gunung Tambora meletus pada tanggal 11 April 1815, sebuah letusan
gunung berapi terbesar sepanjang peradaban manusia di muka bumi, dimana letusan
tersebut diperkirakan berkekuatan 4 kali letusan Gunung Krakatau pada tahun
1883 atau sekitar 6 juta kali kekuatan bom atom Nagasaki dan Hiroshima. Letusan
hebat ini membentuk kaldera dengan diameter sekitar 6 KM dan kedalaman sekitar
1 KM. Letusan gunung ini menyebabkan gumpalan debu tersebar sampai jarak 1300
KM dari areal gunung. Awan gelap hasil dari letusan hebat itu menutupi puncak
gunung ini selama 2 hari, tinggi letusan asap tersebut mencapai 43 KM hingga
mencapai lapisan stratosfer dan partikel debu tetap berapa di atmosfer bumi
pada ketinggian 10-30 KM sampai beberapa tahun kemudian. Hal inilah yang menyebabkan
perubahan iklim dunia dimana di Amerika utara dan Eropa terjadi tahun
tanpa musim panas dan akibatnya terjadi kegagalan panen di belahan bumi utara.
pada tahun 1816.
Bukti arkeologi menunjukkan
bahwa dampak letusan Gunung Tambora ini mengakibatkan 3 kerajaan yang berada di
sekitar gunung juga ikut hancur dan musnah, tiga kerajaan itu ialah Sanggar,
Pekat dan Tambora.
Runtuhnya Napoleon Bonaparte
Letusan hebat Gunung Tambora
pada April 1815 bukan saja melumat dan meluluhlantakkan tiga kerajaan kecil di sekitar
Gunung Tambora. Lebih dari itu, nun jauh di daratan Eropa, tepatnya di Belgia,
pasukan tentara di bawah komando penguasa Perancis, Jenderal Napoleon Bonaparte
harus bertekuk lutut di tangan Inggris dan Prussia.
Ya, tiga hari setelah
Tambora meletus dahsyat, pasukan Napolean terjebak musuh. Pasalnya, di
sepanjang hari itu cuaca memburuk. Hujan terus mengguyur kawasan tersebut.
Padahal, tentara Perancis itu sedang menuju laga pertempuran.
Akibat cuaca buruk, roda
kereta penghela meriam terjebak lumpur. Semua kendaraan tak bisa melaju dengan
mulus. Tanahnya licin, berselimutkan salju. Maklum, abu tebal dari letusan
Gunung Tambora masih bertebaran di atmosfer sehingga menghalangi sinar matahari
yang jatuh ke bumi.
Perang Waterloo itu menjadi
kisah tragis bagi Napoleon. Kehebatan Napoleon dalam menundukkan musuh-musuhnya
berakhir sudah. Ia pun menyerah kalah.
Jenderal itu lalu dibuang ke
Pulau Saint Helena, sebuah pulau kecil di selatan Samudra Atlantik. Di pulau
terpencil itulah ia menghabiskan waktunya hingga meninggal dunia pada 1821
akibat serangan kanker.
Kenneth Spink, seorang pakar
geologi berteori, bahwa cuaca buruk akibat letusan Gunung Tambora menjadi salah
satu pemicu kekalahan Napoleon. Pada pertemuan ilmiah tentang Applied
Geosciences di Warwick, Inggris (1996), Spink mengatakan bahwa letusan Gunung
Tambora telah berdampak besar terhadap tatanan iklim dunia kala itu, termasuk
cuaca buruk di Waterloo pada Juni 1815.
Sumber : https://jakarta45.wordpress.com/
0 Response to "Dasyatnya Amukan Tambora dan Runtuhnya Napoleon Bonaparte"
Posting Komentar